BANJARMASINPOST.CO.ID - Orang-orang yang mengisap asap rokok dari para perokok aktif, atau sering disebut perokok pasif, berisiko terkena penyakit sinus kronis (chronic rhinosinusitis). Begitulah hasil penelitian yang diterbitkan jurnal Archives of Otolaryngology-Head & Neck Surgery.
Asap rokok mengandung lebih dari 4 ribu zat, yang 50 lebih di antaranya diduga bisa menyebabkan kanker. Bukti-bukti menunjukkan bahwa merokok pasif bisa terkena penyakit infeksi saluran pernapasan akut, penyakit telinga, asma, penyakit jantung koroner, dan kanker paru-paru, serta sinus. Di Amerika, diperkirakan 126 juta nonperokok, atau 60 persen dari total orang Amerika non-perokok, terkena asap sisa ini.
Doktor Martin Tammemagi dari Universitas Brock, Ontario, Kanada, beserta timnya mengkaji 306 pasien non-perokok yang telah didiagnosis terkena sinus kronis
(radang Pastikan Bebas Rokok,
Hirup Udara Lembab hidung atau sinus 12 pekan terakhir atau lebih). Mereka terkena asap rokok itu di rumah, tempat kerja, dan di tempat umum selama lima tahun sebelum didiagnosis. Kemudian mereka dibandingkan dengan 306 orang yang berusia sama, jenis kelamin dan ras sama tapi tidak terkena sinus.
Secara umum, sekitar 40 persen kasus sinus kronis ini terkait dengan merokok pasif. “Berdasarkan temuan kami, dokter seyogyanya merekomendasikan pasien yang rentan terhadap sinus kronis harus menghindari paparan asap rokok,” ujar Martin.
Penelitian lain juga menunjukkan buang ingus keras-keras saat flu bisa menimbulkan penyakit ini. Disarankan kebiasaan tersebut dihentikan karena bisa pula menyebabkan tekanan darah di otak.
Dr J Owen Hendley dan pakar University of Virginia mengatakan, tekanan yang dihasilkan saat mengeluarkan ingus menji pemicu di samping juga hipertensi. Percobaan yang dilengkapi dengan alat CT Scan untuk mengukur tekanan yang dihasilkan saat seseorang batuk, bersin dan mengeluarkan ingus dengan kencang. Hasil diantara tiga kegiatan yang dilakukan seseorang saat sakit flu itu, tekanan yang paling besar dihasilkan dari kegiatan mengeluarkan ingus dengan kencang.
“Batuk dan bersin hanya menghasilkan tekanan yang kecil pada rongga hidung. Tapi saat mengeluarkan ingus dengan kencang, tekanan yang dihasilkan sangat besar bahkan sama dengan tekanan darah diastolik yang terbaca dari seseorang,” kata Dr Hendley seperti dikutip dari New York Times.
Jika terus menerus dilakukan bisa menyebabkan penyakit sinus dan memicu peningkatan tekanan darah di otak. “Bakteri atau virus yang ada di hidung bisa terdorong keras dan menempel pada rongga hidung dan akhirnya menyebabkan sinus. Selain itu tekanan keras akibat mengeluarkan ingus juga akan menyebabkan tekanan pembuluh darah ke otak meningkat dan memicu migrain bahkan hipertensi,” jelasnya.
Disarankan agar metode mengeluarkan ingus sebaiknya tidak dilakukan kencang-kencang dan terus menerus. “Jika ingus sudah mulai keluar, jangan lupa juga untuk minum obat decongestan (pelega hidung mampat),” ujarnya.
(Tribunnews/esy/berbagai sumber)
Asap rokok mengandung lebih dari 4 ribu zat, yang 50 lebih di antaranya diduga bisa menyebabkan kanker. Bukti-bukti menunjukkan bahwa merokok pasif bisa terkena penyakit infeksi saluran pernapasan akut, penyakit telinga, asma, penyakit jantung koroner, dan kanker paru-paru, serta sinus. Di Amerika, diperkirakan 126 juta nonperokok, atau 60 persen dari total orang Amerika non-perokok, terkena asap sisa ini.
Doktor Martin Tammemagi dari Universitas Brock, Ontario, Kanada, beserta timnya mengkaji 306 pasien non-perokok yang telah didiagnosis terkena sinus kronis
(radang Pastikan Bebas Rokok,
Hirup Udara Lembab hidung atau sinus 12 pekan terakhir atau lebih). Mereka terkena asap rokok itu di rumah, tempat kerja, dan di tempat umum selama lima tahun sebelum didiagnosis. Kemudian mereka dibandingkan dengan 306 orang yang berusia sama, jenis kelamin dan ras sama tapi tidak terkena sinus.
Secara umum, sekitar 40 persen kasus sinus kronis ini terkait dengan merokok pasif. “Berdasarkan temuan kami, dokter seyogyanya merekomendasikan pasien yang rentan terhadap sinus kronis harus menghindari paparan asap rokok,” ujar Martin.
Penelitian lain juga menunjukkan buang ingus keras-keras saat flu bisa menimbulkan penyakit ini. Disarankan kebiasaan tersebut dihentikan karena bisa pula menyebabkan tekanan darah di otak.
Dr J Owen Hendley dan pakar University of Virginia mengatakan, tekanan yang dihasilkan saat mengeluarkan ingus menji pemicu di samping juga hipertensi. Percobaan yang dilengkapi dengan alat CT Scan untuk mengukur tekanan yang dihasilkan saat seseorang batuk, bersin dan mengeluarkan ingus dengan kencang. Hasil diantara tiga kegiatan yang dilakukan seseorang saat sakit flu itu, tekanan yang paling besar dihasilkan dari kegiatan mengeluarkan ingus dengan kencang.
“Batuk dan bersin hanya menghasilkan tekanan yang kecil pada rongga hidung. Tapi saat mengeluarkan ingus dengan kencang, tekanan yang dihasilkan sangat besar bahkan sama dengan tekanan darah diastolik yang terbaca dari seseorang,” kata Dr Hendley seperti dikutip dari New York Times.
Jika terus menerus dilakukan bisa menyebabkan penyakit sinus dan memicu peningkatan tekanan darah di otak. “Bakteri atau virus yang ada di hidung bisa terdorong keras dan menempel pada rongga hidung dan akhirnya menyebabkan sinus. Selain itu tekanan keras akibat mengeluarkan ingus juga akan menyebabkan tekanan pembuluh darah ke otak meningkat dan memicu migrain bahkan hipertensi,” jelasnya.
Disarankan agar metode mengeluarkan ingus sebaiknya tidak dilakukan kencang-kencang dan terus menerus. “Jika ingus sudah mulai keluar, jangan lupa juga untuk minum obat decongestan (pelega hidung mampat),” ujarnya.
(Tribunnews/esy/berbagai sumber)
0 comments